Pewarna-id Jakarta Helatan festival Bondo yang akan segera di gelar pada tanggal 8-11 November 2023 di Desa Bondo, Kecamatan Bangsri Jepara Jawa Tengah yang diinisiasi Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) yang kemudian berkolaborasi dengan Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) dengan peserta lima puluh dua gereja-gereja di Bondo dan sekitarnya serta masyarakat setempat.
Festival Bondo ini dibuat dengan harapan memperkuat wisata relegi khususnya dari perspektif Nasrani ini suatu kegiatan yang mendorong agar pihak desa bahkan pemerintah Kabupaten Jepara menjadikan acara ini sebagai agenda tahunan sehingga menjadi daya tarik untuk memperkuat wisata religi.
Desa Bondo merupakan desa yang dibuka oleh Laut Gunowongso dan Kyai Ibrahim Tunggul Wulung sekitar tahun 1840-an. Dalam istilah dulu membuka desa itu dengan babad alas, dikisahkan bahwa areal di mana desa Bondo berada adalah sebuah hutan yang cukup angker dan dijauhi masyarakat. Namun dengan doa dan imannya kepada Sang Yesus baik Ibrahim Tunggul Wulung maupun Laut Gunowongso alas atau hutan yang angker itu ditaklukannya dengan rapal doanya.
“Lêmah sangar, aku angkêr, upas racun dadi tåwå, idi Gusti manggih slamêt selaminyå” (tanah dan kayu angkêr serta racun, kiranya hilang kuasanya, dengan izin Tuhan, selamat semuanya). “Dhuh Yesus Sang Ratuning Gêsang” (Wahai Yesus Sang Raja kehidupan)”,.
“Putranipun Allah ingkang sampun ngawonkên ing pêjah, sawêr Tuwan rêmuk sirah…. (Sang Putra Allah yang telah mengalahkan maut, yang telah meremukkan kepala ular…), Amin” (Sukoco dan Lawrence M. Yoder, 2010:67).
Inilah salah satu doa atau rapal yang diajarkan KITW kepada para murid atau pengikutnya, dan inilah yang menjadi penyemangat dan energy bagi para pengikutnya dalam menata kehidupan di tengah masyarakat.
Menarik melalui festival Bondo kisah tentang KITW ini dicoba divisualisasikan dalam bentuk film pendek oleh PEWARNA besutan Gabriel Hartanto sebagai sutradara sekaligus penulis naskahnya. Adapun pemeran Utama Sugeng seorang dokter hewan yang masih ada keturunan darah dengan pendiri desa Bondo yakni Laut Gunowongso.
Tentu film ini dibuat dengan sederhana, namun demikian itulah setidaknya upaya kita mendudah kisah KITW agar masyarakat khususnya desa Bondo mengingat kembali tokoh yang telah berjasa membuka kampung tersebut.
Upaya ini kita lakukan agar keberadaan desa Bondo terus dikenang sebagai sebuah desa yang didirikan oleh KITW dan Laut Gunowongso, diperuntukan bagi umat Nasrani kala itu. Di mana mereka sudah menancapkan nilai-nilai kekristenan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan harapan agar tujuan Bondo sebagai desa relegi, PEWARNA mencoba juga mengangkat kisah para rasul Jawa dalam sebuah buku, di mana selain mengisahkan perjalanan kekristenan di Jawa, sekaligus membuat rute dan makanan khas serta kelebihan di desa Bondo tersebut.
Buku yang berjudul Napak Tilas Rasul Jawa (NTRJ) ini diharapkan memberikan informasi yang bisa dipakai masyarakat jika ingin berziarah dan berkunjung di desa Bondo.
Jika saat ini banyak orang Kristen dengan dana yang cukup besar ziarah ke Israel, Turki dan Mesir sesungguhnya di dalam negeripun ada tempat-tempat para pendahulu kita berjuang mewartakan kabar baik di tengah masyarakat.
Dari sisi positifnya apabila tujuan wisata religi ini tercapai pertama kita diingatkan kembali akan nilai-nilai yang sudah diperjuangkan para pendahulu kita, sehingga nilai-nilai itu tetap berkesinambungan. Kemudian bagi generasi muda diingatkan kembali akan arti penting menghargai para leluhurnya.
Disisi lain ketika wisata religi itu bisa terwujud, masyarakat sekitar mendapat dampak ekonomi, baik dari UMKMnya maupun juga tenaga-tenaga yang melayani para pengunjung, serta usaha penginapan.
Disisi lain dengan adanya festival Bondo ini upaya PEWARNA dan para pendukung agar eksistensi desa bondo untuk menuju keberagaman dan kesetaraan terwujud. Terpenting dengan festival ini kita bersama menyaksikan bagaimana penyertaan Tuhan itu nyata lewat gawean ini. Kedepannya agar terwujud segera sebuah wisata religi (Tri religi) Bondo, salah satunya bercirikan relegi nasrani tersebut. (Yusuf)