Jakarta, pewarna-id.com-Litbang PEWARNA tergerak untuk melakukan survei untuk menindaklanjuti hasil diskusi panjang yang sudah dilakukan sebelum-sebelumnya mengenai peluang Partai Politik Kristen di tahun 2024. Survei ini dilakukan bukan untuk mendukung salah satu partai politik tertentu, namun PEWARNA Indonesia sebagai asosiasi wartawan nasrani, berkepentingan untuk mengetahui dan mengukur peluang partai Politik Kristen jika maju pada pemilu 2024 nanti. Tujuan survei ini adalah untuk menginformasikan data kepada kalayak luas, sehingga ada gambaran dan pengetahuan terkait partai politik Kristen di Indonesia.
Ada tujuh, pernyataan yang dimunculkan dalan Survei ini dengan pilihan Setuju atau Tidak Setuju. (1). Mendirikan Partai Politik berbasi agama tidak bertentangan dengan konstitusi, etika dan nilai kemajemukan bangsa Indonesia. Persentase setuju untuk pernyataan tersebut 91,2% dan tidak setuju 8,8%. (2). Saya menghargai partai politik berbasis agama apapun, selama tidak bertentangan dengan UUD45, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Persentase setuju 97,5% dan tidak setuju 2,5%. (3). Perlu ada Partai Politik Kristen sebagai penyeimbang diantara partai politik agama lainnya dan partai nasionalis. Persentase setuju 85,7% dan tidak setuju 14,3%.
(4). Partai Politik Kristen punya peluang besar untuk ikut dalam Pemilu 2024 nanti. Persentase setuju 79,8% dan tidak setuju 20,2%. (5). Saya bersedia memilih Partai Politik Kristen saat Pemilu 2024 nanti yang benar-benar mewakili dan memperjuangkan aspirasi rakyat. Persentase setuju 84,5% dan tidak setuju 15,5%. (6). Sebaiknya Partai Kristen yang ikut dalam Pemilu 2024 nanti adalah partai yang baru dibentuk. Persentase setuju 71% dan tidak setuju 29%. (7). Sebaiknya Partai Kristen yang ikut dalam Pemilu 2024 nanti adalah partai lama atau partai yang sudah ada sebelumnya dengan kepengurusan yang baru. Persentase setuju 51,3% dan tidak setuju 48,7%.
Jika dibuat estimasi persentase dari jumlah pemilih yang memungkinkan untuk diraup oleh partai politik Kristen di tahun 2024 adalah seperti dalam table di bawah ini:
Menyikapi hasil survei tersebut, PEWARNA Indonesia mengadakan diskusi dalam jaringan pada hari Kamis 13 Agustus 2020 melalui via zoom. Partai Indonesia Damai, Apri Hananto Sukandar selaku ketua umum, mengapresiasi hasil survei Litbang PEWARNA sersebut sebagai kerja-kerja politik edukatif.
Hasil survei tersebut sesuai dengan estimasi PID bahwa sebagian besar pemilih Kristen menginginkan partai politik Kristen di Indonesia. “Visi Partai Indonesia adalah mewujudkan msayarakat yang maju, adil, dan makmur, damai dan sejahtera dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD’45 dalam semangat bingkai Bhinneka Tunggal Ika” jelas mantan anggota DPR RI tersebut. Lanjutnya “PID hadir untuk menjawab tantangan kekosongan yang ada dalam negeri ini terkait dengan Partai Politik dan optimis menjadi partai peserta pemilu”.
Sementara itu, Ketua umum Partai Demokrasi Rakyat Indonesis Sejahtera (PDRIS) Kamaruddin Simanjuntak, menyatakan bahwa “PDRIS hadir terkait kebutuhan masyarakat untuk mewujudkan perubahan, khususnya bagi umat nasrani. Perubahan untuk menghadirkan cara-cara baru untuk tidak membebani kader dengan mahar politik”.
Pengacara ini, menegaskan dengan berjanji bahwa “saya selaku ketua umum PDRIS berjanji atau berkomitmen di dalam Tuhan, tidak akan memungut biaya apapun, semua rekomendasi saya tanda tangani secara gratis kepada orang yang tepat”. Landasan PDRIS dijelaskan bahwa “PDRIS berasaskan Pancasila dan UUD’45, tetapi berlandaskan Alkitab. Artinya cara-cara rekrutmen sumberdaya manusia untuk pengurus PDRIS maupun untuk merebut kekuasaan, baik legislatif dan eksekutif, adalah dengan cara-cara yang dilakukan oleh Tuhan Yesus, yaitu yang dibutuhkan ialah orang-orang yang baik dan benar yang tidak didasarkan pada kekayaan maupun pendidikan tinggi, tetapi pada hati yang baik”.
Kamaruddin juga menekankan terkait politik luar negeri PDRIS yang akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel. “PDRI berkomitmen akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel dengan negara-negara lainnya tanpa dilandasi dengan kebencian. Misalnya bersahabat dengan Israel tanpa harus memusihi negara Palestina, karena mengelola negara tidak boleh dengan kebencian. Hal ini selaras dengan Bilangan 24:9 “diberkatilah orang yang memberkati engkau, dan terkutuklah orang yang mengutuk engkau!”.
Gian Tue Mali selaku dekan Fakultas Ilmu Politik UKI mempertajam hasil penelitian Litbang PEWARNA dengan mengajukan pertanyaan dan pernyataan mendalam. “Memang tidak ada data pemilih berdasarkan agama, namun apakah responden itu tidak mempedulikan figur atau tokoh sebagai acuan dalam memilih, hanya sekedar partai sebagai memilih? Di Indonesia, figur atau tokoh politik masih menjadi daya tarik yang luar biasa.
Praktik politik buruk, seperti praktek politik patronase dan klientelisme sampai pengkultusan tokoh masih sangat kuat di negeri ini. Ini menjadi dasar lahirnya politik dinasti atau politik oligarki di Indonesia”. Lanjutnya Gian bahwa, “yang kita harapkan di sini adalah bagaimana tokoh atau figur yang diusung itu adalah tokoh yang unggul, baik secara moral, akhlak, akademik dan lain sebagainnya”.
Gian juga menekankan bahwa tradisi pemilih di Indonesia masih sarat dengan tribalisme, yaitu suatu keadaan yang diorganisir oleh kesukuan. Tribal ini, papar Gian, adalah “faktor kesukuan, etnik, etnosentrisme. Kita tahun bahwa mayoritas wilayah Kristen di Indonesia, misalnya Nias, Mentawai, Sumatera Utara, Papua, NTT, Maluku, itu masih sangat kuat faktor kekeluargaan. Ini jaul lebih kuat, bahkan bisa melengserkan faktor ideologi partai ataupun pilihan partai”, tegasnya. Gian juga menekankan bahwa di Indonesia “84% pemilih Indonesia itu adalah pemilih mengambang yang tidak peduli dengan partai dan ideologi partai”.
Nikanor Saguruk, mantan Politisi PDS, mengatakan “Keberadaan Partai Politik Kristen, perlu harus ada, hal itu tidak perlu diragukan lagi”. Ketua DPC PERBAKIN Kab. Kep. Mentawai ini menjelaskan “Saya terlibat langsung dalam partai politik Kristen yaitu PDS, bersyukur bisa mengikuti proses itu meskipun hanya satu periode, karena PDS tidak sampai ambang batas”.
Catatan untuk Partai Kristen dari ketua DPD Partai Nasdem Kab. Kep. Mentawai ini mengatakan bahwa “semangat partai Kristen harus mampu bersatu dan mampu membangun satu kekuatan untuk minoritas, namun pada kenyataanya Partai Politik Kristen tidak bisa bersatu. Tujuannya bersatu adalah untuk berkontribusi bagi bangsa ini. Lanjutnya bahwa “harus ada figur yang mampu mempersatukan tokoh-tokoh Kristen lainnya. Figur yang mempersatukan orang Kristen”. “Partai Kristen harus bersatu kalau mau maju di tahun 2024”, tegasnya. Tantangan besar adalah Konflik internal partai Kristen sangat kuat, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi eksistensi partai tersebut.
Menurut pendiri PDS, Ruyandi Hutasoit, memberikan pesan saat mendirikan partai politik Kristen, “semangat boleh, tetapi harus dipikirkan kesanggupannya”, karena untuk membangun kantor DPW partai saja bisa menghabiskan dana 500 M, supaya partai bisa kuat dan eksis.
Mantan ketua umum PDS ini menyatakan bahwa, “saat ini jumlah Kristen di PDIP hampir 42an orang, Demokrat sekitar 3 orang, Nasdem sekitar 14 orang, Golkar sekitar 8 orang, Gerindra sekitar 6 orang, PSI pemilihnya Kristen, demikian juga Perindo. Artinya suara Kristen sudah masuk ke partai-partai lainnya, sehingga perjuangan partai Kristen sangat berat. Menjadi peserta pemilu bukanlah sesuatu yang mudah, strateginya harus bertahap”, jelasnya.
Alida Handau Lampe Guyer, selaku Ketua Umum Parkindo, mohon izin tidak bisa hadir dalam diskusi dalam jaringan ini, karena beliau ada kegiatan yang berbenturan dengan jadwal diskusi ini. APM