Jakarta, pewarna-id.com-Di sisi lain gereja atau pendeta sendiri termasuk yang terkena dampak, pertanyaannya apakah harus lari dan sembunyi akibat pandemi covid 19 ini, tentu tidak sekalipun gereja bagian yang terdampak namun tugas panggilan untuk berbuat bagi masyarakat dan bangsanya tetap harus dilakukan.
Tak ada pilihan selain gereja atau pimpinan harus turun tangan bersama mengatasi persoalan ini, maka pendeta atau pimpinan jemaat sangat ditunggu umat agar tetap kokoh dalam menghadapi kondisi ini dan tahu apa yang harus dilakukan dalam membuat karya nyata bagi sesama.
Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa, MTh melalui sambungan telepon, mengatakan bahwa gereja harus tetap aktif memberitakan Injil, dan sebagai hamba Tuhan dirinya harus tetap mempertahankan supaya jemaat tetap mempunyai iman yang kuat.
Saat ini berkembang tuduhan bahwa pendeta ‘mengcopi Tuhan Yesus’; melihat hal tersebut Pdt. Suyapto mengimani bahwasanya sebagai orang Kristen kita harus menjadi seperti Yesus, sebab itu yang difirmankan oleh Alkitab. “Tentu dalam konteks saat ini, kita sangat berharap dan menantikan mujizat yang Tuhan nyatakan atas bangsa kita. Saya percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu, termasuk saat ini” ujarnya.*
Padahal bukan hanya sebagai hamba Tuhan, setiap orang percaya harus mencontoh teladan Tuhan Yesus, “memangnya tidak boleh mencontoh apa yang dilakukan Tuhan Yesus? Itu kan tidak ada larangan, bahkan tertulis di Alkitab harus mengikuti teladan Yesus”. Selanjutnya terang mantan bendahara umum PGI ini, bahwa semua yang terjadi saat ini karena pasti Tuhan mempunyai rencana.
“Saya meyakini semua ini harus terjadi dan semua harus menerima kenyataan ini, termasuk resesi yang dialami dunia akibat corona ini. Sekalipun ada rumor yang berkembang bahwa adanya virus corona ini karena ulah negara lain. Tetapi itu semua kan belum terbukti dan hanya wacana sebatas issue, yang konon ada teori konspirasi dan sebagainya”, terang anggota Majelis Pertimbangan GBI ini.
Dalam kondisi ini lanjutnya, yang pasti sebagai hamba Tuhan dirinya harus tetap menguatkan jemaat, di mana pendeta harus menyampaikan kepada sidang jemaat agar patuh pada apa yang diputuskan pemerintah. Sebab keputusan pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam mengatasi pandemik covid 19 ini tentunya sudah mengacu kepada WHO, lembaga kesehatan dunia ini.
“Makanya ketika pemerintah menghimbau melakukan sosial distancing, physical distancing maupun PSBB, kita harus lakukan. Janganlah melawan aturan itu, atau malah nantangin covid 19 itu sendiri. Itu sikap yang tidak benar”, beber gembala sidang jemaat GBI di Tangerang Kota ini.
Firman Tuhan itu berlaku dari dulu, sekarang hingga selama-lamanya, namun kita tetap harus melihat konteks dengan baik. Iman dan hikmat harus berjalan dengan seiring dan sepadan; bukan berarti bahwa Mazmur 91 contohnya, ditafsirkan dengan nekat tanpa pertimbangan akal sehat yang diberikan Tuhan.
Gereja perlu menyadari bahwa perannya bagi bangsa ini sangatlah krusial. Itulah sebabnya sebagai warga negara yang taat kepada pemerintah, gereja mendukung social distancing ini dengan memindahkan ibadah konvensional yaitu offline menjadi online.
Inilah saat dimana Pendeta dapat membimbing jemaat, dan pekabaran Injil masuk ke dalam pelayanan dengan dimensi yang berbeda, melalui sosial media dan teknologi, secara luas dan makin berdampak menjangkau banyak jiwa”, ujarnya.
Kalau Gereja Bethel Indonesia sendiri lanjut Suyapto Tandyawasesa sudah melakukan banyak hal dalam kondisi ini; antaranya doa bersama-sama setiap malam pukul. 21,00 WIB, kemudian satu minggu ini membuat penggalangan dana lewat acara online “Victory through Praise and Worship” dengan melibatkan jemaat dan artis-artis rohani yang terpanggil untuk melayani. Semua dana yang dikumpulkan dari penggalangan dana itu akan disalurkan untuk membantu masyarakat yang terkena dampak corona ini.
Pdt Suyapto yang pernah duduk sebagai bendahara umum BPH GBI menyatakan, GBI bukan saja melakukan doa dan pelayanan firman, tetapi sudah banyak terlibat dalam menopang masyarakat yang terkena dampak Corona ini, diantaranya dengan baksos kepada masyarakat seperti yang belum lama dilakukan BPH GBI, seperti penyemprotan disinfektan di beberapa wilayah, pemberian bantuan kepada ojol dll.
GBI juga memberikan bantuan APD, obat-obatan, vitamin ke beberapa rumah sakit. Selain kegiatan yang dikoordinir oleh BPH GBI, jemaat-jemaat lokal GBI juga melakukan kegiatan baksos, membantu masyarakat di sekeliling yang terdampak secara ekonomi.
“Prinsipnya GBI sudah banyak berbuat; selain baksos juga membantu APD, pemberian obat ke rumah sakit- rumah sakit dan banyak lagi. Artinya tak usah gembar gembor tetapi GBI mengambil langkah nyata”, tegas bapak dua anak dan empat cucu ini.
Artinya sudah saatnya gereja Tuhan di semua denominasi berlomba-lomba membantu orang lain agar kehadiran gereja dan umat Tuhan menjadi terang dan garam di bangsa ini.
Langkah Nyata Dari Gereja
Menanggapi pendeta atau jemaat yang terpapar virus corona, pendeta yang dekat dengan wartawan nasrani ini melihat situasi ini membuat GBI menjadi “populer”. Menjadi sorotan karena menyangkut apa yang dialami jemaat GBI Sukawarna di Bandung, di mana Gembala dan wakilnya meninggal karena terpapar covid 19.
Dalam posisi ini, Yapto tegas bahwa apa yang terjadi di GBI Sukawarna itu dikarenakan ketidaktahuan bahwa dua pendetanya terkena covid 19. Memang mereka baru pulang dari Israel, naik pesawat yang kurang lebih ada 300-an orang penumpang; kemudian di mana terpaparnya apakah di Israel atau di pesawat itu juga tidak tahu pasti.
Sementara itu, waktu diselenggarakan acara di tanggal 3-5 Maret, Presiden Jokowi baru mengumumkan kalau ada kasus covid 19 pertama kalinya di Indonesia yang kemudian pada tanggal 15, pemerintah mengumumkan sosial distancing.
Jadi tak ada pemikiran apalagi kesengajaan untuk menularkan covid 19. Ditambah lagi saat pemeriksaan di rumah sakit, mendiang gembala sidang GBI Sukawarna dindentifikasi oleh dokter dengan gejala sakit tipus. Ini juga yang menjadi persoalan dunia kesehatan bangsa ini, diagnose yang umum diberikan, kalau ngga tipus, demam berdarah dan lain sebagainya; kurang bisa menjadi jaminan yang akurat.
Namun sebagai bukti ketaatan GBI terhadap pemerintah, setelah presiden mengumumkan social distancing, BPH GBI memutuskan bahwa untuk sementara, selama pandemic covid 19 belum teratasi seluruh peribadatan di GBI di mana saja ditiadakan dan dilakukan melalui ibadah di rumah masing-masing melalui streaming atau online. Demikian juga semua kegiatan Sidang Majelis Daerah, raker-raker dan kegiatan yang melibatkan banyak orang, ditunda pelaksanaanya.
Tentang ibadah yang dilakukan sekarang, Yapto melihat dengan kemajuan teknologi, pemberitaan firman Tuhan bisa tetap berlangsung dengan baik. Ibadah online tetap bisa menyatukan dan menguatkan jemaat.
Selanjutnya karena online siapapun bisa melihat dan mendengar, artinya Injil semakin terbuka, dan diyakini Tuhan memiliki rencana dalam kondisi saat ini. Itu sebabnya kita tidak tak perlu menutup diri akan teknologi.
“Persoalan dengan teknologi ini masih banyak yang perlu dibenahi. Jangan sampai situasi ini dimanfaatkan oleh orang-orang yang sengaja mau merusak dan tidak bertanggungjawab karena demi meraup keuntungan pribadi dan kelompoknya semata. Hal ini yang perlu dicegah dan diwaspdai”, ungkapnya mewanti-wanti.
Kondisi media yang sangat terbuka tidak menutup semua kemungkinan bisa terjadi; dan itu juga bisa menimbulkan kelemahan dengan sistem online yang saat ini digunakan. Tetapi bagaimanapun harus tetap kita lakukan, karena Injil harus tetap diberitakan.
Sebagai pendeta yang berlatar belakang pengusaha, Pdt. Suyapto menyatakan bahwa Pandemi Corona ini menyerang berbagai aspek dan lini kehidupan, baik dari sisi ekonomi, budaya, sosial bahkan keamanan.
Itu sebabnya kita perlu berdoa dan mendukung hal-hal baik yang sudah dilakukan pemerintah, seperti dikeluarkannya peraturan dan beragam stimulus, meskipun cukup banyak beragam pihak yang belum terpuaskan. Ini tidak mudah, itu sebabnya pemerintah terkesan cukup lambat.
Namun kita percaya, Pemerintah memiliki beragam pertimbangan dan perhitungan, di tengah keterbatasan anggaran keuangan yang dimiliki negara kita
Sangat disayangkan, jika banyak yang mengambil keuntungan dalam kondisi ini. Pdt. Suyapto mengajak semua pihak, baik perorangan maupun korporasi mendukung penuh segenap upaya pemerintah untuk keluar dari krisis dan pandemi ini.
“Saya percaya, Allah selalu bersama kita. Imanuel. Percayalah, selalu ada pelangi sehabis hujan” tutupnya.