Pewarna-id jakarta – Pengurus Badan Kerjasama Gereja-Lembaga Kristen Indonesia (BKSG-LK Indonesia) ditahbiskan. Ibadah penahbisan dilaksanakan di ELGLO Church, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu petang (07/10/2023).
Ibadah diawali dengan kata sambutan yang dibawakan oleh Pdt. Dr. Solfianus Reimas. Pemdeta asal Maluku Tenggara itu memberikan sebuah renungan berjudul “Do Our Best, Then God Will Do The Rest”, yang berarti, “Berikan yang Terbaik, Lalu Tuhan Akan Mengerjakan sisanya”. Pendeta yang akrab disapa “Pak Nus” itu juga mengajak agar setiap pengurus dan anggota BKSG-LK untuk mau menjawab panggilan mereka sebagai pelayan dan pejuang di organisasi tersebut, dengan tetap menyandarkan diri kepada Tuhan.
“Coba lihat siapa kita? Kalau Tuhan mau pakai, itu adalah suatu kehormatan yang luar biasa. Jadi jangan terjebak status dan jabatan. Serahkan hidup kepada Tuhan, ‘Tuhan, bentuklah saya. Tuhan pakailah hidup saya sehabis-habisnya’. Itulah yang menjadi doa saya setiap hari ketika berlutut,” ujar mantan Ketua Umum PGLII, itu.
Pelayanan firman kemudian dibawakan oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat BKSG-LK Indonesia, Pdt. Dr. S.M. Ferdinand Watti, M.Th., M.Pd.K. Pendeta Ferdinand membawakan renungan firman yang diambil dari 1 Korintus 15:10 (TB). Renungan itu mengangkat tema “Gereja yang Dinamis Dalam Bingkai NKRI”.
Pendeta Ferdinand Watti menuturkan bahwa lahirnya BKSG-LK-Indonesia sejatinya bukan sebuah perwujudan organisasi pembela Kristen, atau suatu “Front Pembela Kristen”.
“Kita hanya ingin memastikan bahwa hak konstitusi kita dijalankan, termasuk soal kebebasan beribadah,” ujar pria yang telah puluhan tahun mengadvokasi persoalan penolakan kehadiran gereja di Indonesia, ini.
Hal lain yang ikut disoroti oleh Pdt. Ferdinand terkait kebabasan dalam berkeyakinan, termasuk kasus-kasus yang ramai mewarnai kehidupan berbangsa di Indonesia, seperti kekerasan yang dialami oleh gembala dan jemaat gereja, perizinan rumah ibadah yang dipersulit, hingga diskriminasi yang dialami oleh siswa dan siswi kristiani di sekolah negeri.
Dirinya kemudian mengingingkan agar BKSG-LK dapat menjadi suatu organisasi yang berlandaskan “Solution Oriented” dengan melahirkan kerjasama dengan sejumlah Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia. Solution Oriented itu, lanjutnya, harus dilaksanakan dengan cara memberi diri bagi perjuangan kesetaraan umat Kristen di Indonesia dalam memperoleh hak konstitusional.
“Gereja yang dinamis adalah gereja yang mau menyelesaikan persoalan,” tegasnya kepada sebanyak 50-an pengurus dan anggota BKSG yang hadir di lokasi acara, maupun secara daring.
“Kita harus mengurai benang kusut setiap persoalan kekristenan di Indonesia,” imbuhnya.
Usai ibadah, acara dilanjutkan dengan pembacaan Surat Keputusan Penahbisan DPP BKSG-LK yang dibacakan oleh Sekretaris Umum BKSG-LK.
Setiap pengurus dan anggota DPP BKSG-LK kemudian dipanggil ke muka mimbar dan secara daring untuk menyerahkan persembahan sulung mereka sebagai bentuk komitmen perjuangan dan pelayanan.
Selanjutnya semua pengurus ditahbiskan oleh Pendeta Nus Reimas. Acara kemudian ditutup dengan penyerahan pataka BKSG-LK oleh Pendeta Nus Reimas kepada Pendeta Ferdinand Watti dan penandatanganan pakta integritas. (Ron)