TANGSEL, PEWARNA-ID.COM – Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) daerah Banten, mengadakan acara Focus Group Discussion dengan menghadirkan beberapa Narasumber yang kompeten dibidangnya, diantaranya Hendrik Setiawan (CALEG PSI DPRD ProvBanten, Dapil 3), HasudunganManurung SH,MH (CALEG PSI DapilTangerang Selatan), Anthony MaruliPurba SH (Ketua DPW MUKI Banten), DonySusantoS.Th (Ketua DPA GBI Banten), Jumat, (09/11/2018), di Pasta Kangen Cafe, Gading Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
Mengawali diskusi tersebut Hendrik Setiawan, mengatakan bahwa dirinya termotivasi dengan pak Ahok, yang tegas untuk membuat perubahan. “Saya termotivasi dengan pak Ahok. Kalau kita mau membuat perubahan hanya ada dua pilihan, yaitu kita terjun ke dalam system atau mendukung orang lain yang akan membenahi system, pungkas Hendrik Setiawan, Caleg PSI DPRD Provinsi Banten dapil 3.
Dengan latar belakang yang dimilikinya sebagai seorang profesional bidang bisnis, dia menyoroti soal pengurusan perizinan bisnis di Banten yang menurutnya belum maksimal dan perlu untuk dibenahi.
“Fokus utama adalah membenahi pembuatan perizinan bisnis di Propinsi Banten yang terksesan masih menganut system “Wani Piro?”. Pembenahan ini diperlukan agar semakin memperluas ruang usaha di Banten, sehingga peluang penyerapan tenaga kerja juga akan semakin besar,” pungkasnya.
Hendrik memiliki visi yang besar untuk masyarakat Banten yaitu membuat Banten menjadi lebih baik, misinya adalah; memangkas alur serapan aspirasi dari masyarakat untuk dibawa langsung ke tingkat DPR maupun pemerintahan, sehingga solusi yang tepat dapat segera diberikan untuk masyarakat Banten, dan misi berikutnya adalah melakukan pengawasan penerapan kebijakan di Banten, kemudian melakukan pembenahan infrastruktur di daerah dengan menggunakan dana reses, seperti yang diatur di dalam Undang-Undang.
Untuk merebut suara massa mengambang, dia mengakui bahwa hal tersebut tidaklah mudah. Harus ada pendekatan-pendekatan yang dilakukan dengan hati, dan Hendrik percaya bahwa ketika hal itu dilakukan dengan hati maka akan selalu ada solusi.
Narasumber kedua, Hasudungan Manurung, SH., MH. Caleg PSI Dapil Tangerang Selatan menyoroti soal strateginya merebut massa mengambang yaitu generasi milenial, karena diakuinya mereka adalah bagian dari massa mengambang.
Menurutnya, di saat masa bonus demografi seperti saat ini umat Kristen harus ikut menjawab tantangan yang sedang dihadapi oleh generasi millenial. Di mana permasalahan utama yang dihadapi mereka terkait lapangan pekerjaan, biaya nikah, hingga kualitas pengetahuan yang memiliki hubungan erat dengan daya saring dan serap mereka terhadap kemajuan teknologi informasi.
“Setiap warga negara berhak mendapatkan perlakuan yang setara, adil, dan tidak diskriminatif. Termasuk hak dalam memperoleh pekerjaan, pendidikan, hingga hak untuk membela negaranya. Hal ini dijamin oleh Undang-Undang. “Nah nilai-nilai inilah yang juga harus ikut menjadi perhatian dari warga gereja,” tegasnya.
“Gereja juga tidak boleh merasa tabu mendorong kader-kader muda mereka untuk terjun ke dunia politik dan membawa perubahan di sana. Terkait perjuangan melawan intoleransi dan diskriminasi, kader-kader Kristen harus berani untuk masuk ke dalam system dan menciptakan perubahan dari dalam,” ungkapnya lagi.
Hasudungan tak menampik bahwa tantangan terbesar yang dihadapi saat ini adalah bagaimana cara agar namanya dikenal. Namun dia meyakini kalau pemegang hak suara akan memilih berdasarkan karya-karya apa saja yang telah dibuat para CALEG.
Dalam kesempatan ini Hasudungan menghimbau agar suara Kristen harus tetap bulat untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan umat, terlepas apa pun pilihan politiknya.
Narasumber berikutnya Anthony Maruli Purba SH, memberikan masukan bahwa Saat ini tantangannya adalah bagaimana cara agar anak-anak muda ini mendapatkan akses informasi terkait Pemilu itu sendiri maupun program kerja dari para calon wakil rakyat.
“Yang harus dikejar saat ini adalah suara yang pasti. Untuk apa kita memperebutkan suara yang masih mengambang?”, lanjut Anthony yang juga menjabat Ketua DPW MUKI Banten.
Berikutnya pemaparan Dony Susanto, menurutnya kalau Bicara anak muda, maka bicara tentang kreativitas. Gaya-gaya kampanye konvensional sudah tidak laku untuk diterapkan lagi. Generasi millennial sudah tidak tertarik dengan pengerahan massa di lapangan. Tetapi lebih ke arah komunitas, kafe-kafe dan media sosial. Generasi muda itu kritis namun logis. Maka bisa dibilang generasi pemilih sekarang sangatlah cerdas dan tidak mudah termakan janji kampanye.
Lanjutnya, Generasi muda juga tidak ragu dalam melontarkan kritik terhadap program-program yang berjalan lamban dan tidak tepat sasaran. Yang harus disadari oleh para CALEG adalah, apakah mereka sudah memaksimalkan penggunaan media sosial?
Yang harus menjadi perhatian dari para CALEG terhadap keberadaan kaum muda di Banten adalah akses mendapatkan pekerjaan bagi mereka. Sehingga margin pengangguran bisa ditekan. Perhatian berikutnya harus diarahkan adalah peningkatan kualitasanak-anak muda Banten melalui dunia pendidikan.
“Sekali lagi, anak-anak muda ini sangat berpikir logis. Kalau menghedaki mereka tidak apatis, maka harus ada bukti nyata yang diberikan untuk mereka.”, ungkap Dony Susanto, S.Th juga sebagai Ketua Departemen Pemuda dan Anak GBI wilayah Banten.