Pewarna-id Jakarta – Kegiatan Napak Tilas Rasul Jawa (NTRJ) yang digagas dan dilaksanakan oleh Persatuan Wartawan Nasrani (PEWARNA) Indonesia pada bulan April 2022. Dilanjutkan dengan kegiatan Festival Bondo yang berada di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, dengan sejumlah kegiatan seperti Bakti sosial, Pemeriksaan mata & Pemberian kacamata, Bedah Buku & Pemutaran Film NTRJ, Seminar & Penyuluhan Hukum, Kegiatan Anak dan Karnaval. Kegiatan ini bekerjasama dengan GITJ (Gereja Injil Tanah Jawa), GAMKI (Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia), Kemenkes, Bawaslu, GBI, GPdI, LAI, Awana Indonesia, TMC Indonesia termasuk Sekolah Tinggi Teologi LETS (Lighthouse Equiping Theological School) yang berada di Gedung Rhema lt.2. Bekasi Selatan.
Terkait kegiatan Festival Bondo Ketua STT LET’S almarhum Pdt. Dr. Ir. Rachmat Manullang, M.Si, menyampaikan beberapa hal sebelum berpulang kepada redaksi. Berikut kutipan hasil wawancara media dengan Rachmat Manullang.
Kegiatan Festival Bondo ini sangat baik untuk kita mengingat sejarah sebagai menemukan kebenaran di hari ke depan. Bagian dari upaya meluruskan bahwa agama Kristen bukanlah sekedar agama “import” tapi agama lokal yang disebut sebagai “Jawa Kristen”. Dengan adanya Festival pikiran kita terbuka bahwa ke Kristenan adalah milik kita sehingga kedepannya timbul penghargaan kepada umat Kristen untuk berkarya bagi bangsa.
FOTO DAN VIDEO, SILAKAN KLIK DISINI
Saya sangat mendukung kegiatan Festival Bondo ini. Jadi harus tahu siapa sebagai perintis yang harus kita hargai. Karena dosa terbesar adalah ketika kita tidak menghargai para pendiri. Ibarat “air susu di balas air tuba”. Kerapkali penghormatan diberikan saat seseorang masih berkiprah, dan akan hilang saat sudah tidak ada. Padahal kita tahu adanya hari ini karena ada hari kemarin. Hari ini terjadi semisal kebangkitan rohani, jangan lupa sudah ada orang-orang yang sudah menabur bukan hanya dengan berkeringat tapi juga pengorbanan darah. Kita harus jujur dengan sejarah, jangan sombong dengan pencapaian hari ini. Jikalau hari ini adalah tuaian. Tidak akan pernah ada tuaian tanpa ada yang menabur. Dan yang menabur ini ada sejarahnya. Tidak melepaskan apa yang terjadi hari ini dikarenakan proses yang terjadi di masa lampau. Dan belajar sejarah paling baik itu dari Alkitab.
Sejarah Pekabaran Injil di Tanah Jawa menyebutkan diantaranya adanya penggunaan kearifan budaya lokal dalam penyebarannya semisal melalui wayang kulit, ketoprak, ludruk dan sebagainya.
Menurut Rachmat Manullang gereja harus menjawab budaya di masyarakat bukan bersikap eksklusif. Tapi perlu juga kita waspadai ada budaya yang mengandung unsur penyembahan berhala dan ini yang tidak boleh dilakukan. Keteladanan yang dilakukan para “Rasul Jawa” tentang komitmen. Memangnya gampang mengubah kebiasaan sebuah desa,? Dan gereja harus menyadari perubahan peradaban di masyarakat. Tapi kesalahan terjadi karena terlalu eksklusif hanya untuk diri sendiri dengan mengabaikan budaya dimasyarakat dengan alasan takut tercemar. Kehati-hatian bukanlah ketakutan dengan menjauhkan diri dari masyarakat. Pandemi ini semestinya menjadi evaluasi diri kita untuk menjadi gereja yang rasuli yang Tuhan maksudkan.
Ketua STT LETS Rachmat Manullang berpesan bagi PEWARNA Indonesia dalam melaksanakan Festival Bondo ini bisa spesifik dalam menyampaikan fakta sejarah yang bersesuaian dengan literatur yang ada. Menuliskan yang sesuai dengan faktanya. Bisa lakukan pemetaan atau mapping mana yang diungkapkan secara utuh. Selain menggali informasi juga harus berbuat sesuatu semisal memberi perhatian pada makam para tokoh ini (Kiyai Ibrahim Tunggul Wulung, Kiyai Sadrach Soerapranata, Kiyai Paulus Tosari dll) dan bisa menemukan siapa keturunannya. Yang menjadi pewaris dari para tokoh ini. Sikap bakti ini untuk menghargai para perintis ini. Perlu juga diungkapkan bagaimana strategi para perintis ini dalam pemuridan yang bukan hanya mengandalkan khotbah semata, namun menyentuh kebutuhan masyarakat. Menggali pelayanan yang kontekstual para perintis ini.
Menghargai leluhur yang tidak diartikan untuk penyembahan berhala.
Rachmat Manullang juga berpesan agar literasi terkait sejarah Pekabaran Injil bisa semakin di tingkatkan di sekolah-sekolah teologia sebagai karya skripsi, tesis dan buku.
Mari bersatu dan beritakan Injil, Api Injil Terus Menyala. Pro Ecclesia et Patria, legacynews.id, Antonius Natan | Wakil Ketua I Bidang Akademik STT LETS