Pdt. Dr. Anton Tarigan Jumat Agung dan Paskah Mengajarkan Level Kasih pada Manusia

April 10, 2020by admin0

Karo, pewarnaid.com- Peringatan hari Jumat Agung dan Kebangkitan Tuhan Yesus atau Paskah menurut Pdt. Dr Anton Tarigan gembala siniordi Tower Of Praise Church Kabanjahe., Kabupaten Karo Sumatera Utara,

“Ini  bukan kebetulan bahwa tahun ini kita harus merayakan paskah, Jumat Agung dan Kebangkitan dalam situasi seperti sekarang. Di mana kita tidak bisa beribadah seperti biasa, mengalami perjumpaan face to face dengan jemaat”, ujarnya ketika dihubungi melalui via whatsapp Jumat 10/04/20, dari Berastagi.

Namun terangnya  ini bagian daripada cara Tuhan untuk  bisa memaknai Paskah itu dengan dimensi yang lain.

Sepanjang dirinya mengamati dan mencermati, memaknai Jumat Agung dan Kebangkitan Tuhan Yesus ataupun Paskah tahun ini. Anton menarik kesimpulan empat hal.

Pertama itu, Salib Kristus mengajarkan kita tentang level yang baru daripada sebuah pengampunan. Sebuah konsep pengampunan yang dunia tidak kenal. Yesus sedang ajarkan suatu level pengampunan kepada dunia ini supaya memahaminya.

Ketika Dia diolok-olok, ketika Dia ditangkap di Taman Getsemani dan muridnya memotong kuping Malkhus, Yesus berkata, ‘Sarungkan Pedangmu’. Begitu juga ketika orang sudah siap untuk menghujamkan tombak ke lambung-Nya,

Dia berseru kepada Bapa, ‘Bapa ampuni mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat’. Itu pulalah yang saya ajarkan. Jadi, standar pengampunan yang diberikan dunia ini jauh daripada standar yang Yesus minta.

Nah zaman sekarang ini ujar sekretaris II Persekutuan Gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) ini, dirinya melihat hari-hari ini, ada begitu banyak orang yang saling menyalahkan dalam situasi ini. tentu saja itu tidak membuat suasana menjadi lebih mudah.

Ada banyak orang menjunjuk-nunjuk kesalahan orang lain, termasuk kesalahan pemerintah. Ada banyak hamba-hamba Tuhan saling menunjuk-nunjuk satu dengan yang lain.

“Saya kira Paskah ini mengajak kita semuanya untuk melihat standar pengampunan yang Kristus berikan. Bahkan Dia berkata, ‘Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, kau kalahkanlah kejahatan dengan dengan kebaikan’”, ujar pria yang juga Chairman of Movement Day untuk Indonesia.

Selanjutnya atau kedua, memaknai, itu berbicara tentang Salib Kristus yang membawa  kepada level yang baru daripada sebuah kesetiaan.

Dia Yesus itu di Taman Getsemani berdoa, ‘Bapa kalau sekiranya cawan ini bisa berlalu daripada-Ku, tetapi bukan kehendak-Ku yang jadi melainkan kehendak-Mu’. Matius di pasalnya yang ke-26 mencatat, bahwa itu waktu di mana Dia ketakutan, waktu di mana Dia benar-benar mengalami kengerian yang luar biasa dalam hidup-Nya.

Dia berdoa seperti itu. Tetapi Dia berkata, bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu. Ini berbicara mengenai sebuah kesetiaan. Dalam Filipi di pasalnya yang ke-2, di ayatnya yang ke-8, juga dikisahkan bagaimana Kristus berkata bahwa Dia tidak mau menganggap kesetaraan dengan Bapa. Tetapi Dia mau melakukan misi Allah, misi penyelamatan, sampai menuntaskannya di Kayu Salib. Ini adalah sebuah gambaran kesetiaan.

Dan kalau sekiranya kita mau belajar, dan dunia harus belajar dari kesetiaan yang Kristus tunjukkan. Jika keluarga-keluarga yang setia satu dengan yang lain, maka keluarga-keluarga Kristen akan berkontribusi kepada menurunnya angka perceraian.

Anthon berharap ketika anak-anak Tuhan yang setia satu dengan yang lain di dalam profesinya, pekerjaannya, maka anak-anak Tuhan tidak akan membuat perusahaan-perusahaan di mana mereka bekerja menjadi bangkrut.

Tetapi kehadiran mereka menjadi berkat, membuat di mana mereka bekerja itu berhasil seperti yang Yusuf contohkan. Kalau anak-anak Tuhan setia  di tempat kerjanya, maka dia akan menjadi berkat di sana. Pemimpin-pemimpin bangsa ini, kalaulah mereka setia dengan sumpah jabatannya maka kesejahteraan akan menghampiri bangsa ini.

Kesetiaan Yesus Kristus itu adalah kesetiaan yang tidak bersyarat. Kesetiaan-Nya itu bukan dipengaruhi oleh kondisi, tetapi kesetiaan itu berbicara tentang komitmen. Nah itu yang Yesus Kristus tunjukkan.

Dia sudah berkomitmen Dia akan menjadi Anak Domba Allah, domba sembelihan yang mati dengan cara disalibkan. Tidak ada cara yang lebih buruk untuk mati, untuk dibunuh, melebihi cara disalibkan.

Dan itu Dia berkomitmen, setia melakukannya. Dunia ini penuh dengan pengkhianat-pengkhianat, di mana-mana kita bisa menemukan pengkhianat-pengkhianat. Oleh sebab itu dunia ini perlu belajar dari Salib Kristus tentang kesetiaan.

Ketiga, Salib Kristus itu mengajarkan level kasih kepada kita. Level kasih yang Kristus perkenalkan itu bukan sebuah kasih yang dibungkus dengan kain yang indah, bukan dengan gulungan kertas bewarna merah jingga, tetapi level kasih yang di dalamnya ada paku, di dalamnya ada kayu, di dalamnya ada ikatan-ikatan. Itu kasih yang Kristus tunjukkan. Artinya apa?

Kasih yang berdarah-darah, bahwa Dia rela sekalipun dengan berdarah-darah asal tetap bisa memberikan kasih. Dunia juga terbiasa dengan kasih kalau dia (kasih) tumbuh. Dan hari-hari ini kita perlu kasih yang seperti Kristus, kasih yang didasari, kasih yang dimodali oleh paku, darah. Artinya yang berkorban. Tidak ada kasih yang lebih besar selain daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya bagi saudara-saudaranya (Yohanes 15:13).

Terakhir (Keempat), bagi dirinya Jumat Agung kali ini, Paskah kali ini berbicara tentang Salib Kristus yang mengubahkan cara hidup manusia. Salib Kristus itu mengubahkan cara hidup kita.

Sejak Dia mati di Kayu Salib kita diperdamaikan dengan Tuhan. Kita tidak lagi digelisahkan oleh dosa. Sekarang kita bisa memanggil Dia ‘Abba, Bapa’. Kita menjadi Anak Allah. Jadi kalau kita sudah menjadi Anak Allah, mestinya kita hidup sebagaimana mestinya Anak Allah.

Jangan hidup sebagai anak dunia, yang hanya mengejar harta kekayaan, jabatan dan sebagainya. Tetapi kita harus merefleksikan hidup sebagaimana mestinya representasi dari pada Allah. Kalau kita Anak Allah maka semestinya ada pada kita adalah ‘gen Ilahi’, bagai karakter Kristus yang kita pancarkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Pesan dari pada Jumat Agung. terang Anthon menegaskan sekali lagi ada empat poin itu yang  ditangkap untuk direnungkan, masa-masa sekarang ini.

Tentu bukan hanya bagi orang percaya, namun dunia perlu belajar dari salib mengenai pengampunan, mengenai kesetiaan, mengenai kasih, mengenai cara hidup yang baru. tutupnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

PERKUMPULAN WARTAWAN NASRANI INDONESIAAlamat
LOKASI KAMIDi mana menemukan kami
https://pewarna-id.com/wp-content/uploads/2019/04/img-footer-map.png
VISITORPengunjung




BERLANGGANANSosial Media Perkumpulan Wartawan Nasrani Indonesia
AVANTAGEHeadquarters
Organically grow the holistic world view of disruptive innovation via empowerment.
OUR LOCATIONSWhere to find us
https://pewarna-id.com/wp-content/uploads/2019/04/img-footer-map.png
GET IN TOUCHAvantage Social links
Taking seamless key performance indicators offline to maximise the long tail.

Copyright by Pewarna Indonesia. All rights reserved.

Copyright by Pewarna Indonesia. All rights reserved.