Glory, Glory Hallelujah Bergema di Pelantikan Donald Trump

February 15, 2025by Admin Admin0


Pewarna-id.com, Jakarta
— Lagu ikonik “Glory, Glory Hallelujah” menggema di acara pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin, 20 Januari 2025, waktu setempat. Lagu ini, yang memiliki nama resmi “The Battle Hymn of the Republic,” membawa pesan kuat yang menghubungkan tradisi sejarah dengan momen politik kontemporer.

“The Battle Hymn of the Republic” memiliki asal-usul yang kaya dan beragam. Awalnya, melodi lagu ini diciptakan oleh William Steffe sekitar tahun 1856. Lirik pertamanya diadaptasi dari lagu rohani yang sering dinyanyikan dalam pertemuan kebangunan rohani di Charleston, South Carolina, khususnya di gereja-gereja komunitas kulit hitam bebas. Refrainnya yang berbunyi “Glory, glory, hallelujah” menjadi daya tarik utama bagi jemaat.

Pada tahun 1859, lagu ini mengalami perubahan besar setelah pemberontakan di Harper’s Ferry yang dipimpin oleh John Brown. Peristiwa ini menjadikan Brown sebagai martir bagi para abolisionis dan memotivasi tambahan lirik baru:

“John Brown’s body lies a-mouldering in the grave,

But his soul goes marching on!”

Lirik tersebut, meski memiliki nada satir bagi sebagian pihak, menjadi lagu perjuangan yang populer di kalangan pasukan Union selama Perang Saudara Amerika.

Pada tahun 1861, Julia Ward Howe mengunjungi Washington, D.C., dan mendengar pasukan Union menyanyikan versi lagu “John Brown’s Body.” Terinspirasi oleh semangat lagu ini, Howe menulis puisi baru yang menyoroti kebesaran Tuhan dan perjuangan moral. Puisi itu diterbitkan pada Februari 1862 di majalah Atlantic Monthly dengan judul “The Battle Hymn of the Republic.” Pembukaan liriknya berbunyi:

“Mine eyes have seen the glory of the coming of the Lord.”

Versi Howe memberikan dimensi baru pada lagu tersebut, menjadikannya simbol persatuan dan kebebasan yang berakar pada nilai-nilai agama.

Pemutaran “The Battle Hymn of the Republic” dalam pelantikan Presiden Donald Trump menghadirkan resonansi sejarah yang dalam. Lagu ini telah lama diasosiasikan dengan perjuangan moral, kebebasan, dan persatuan di tengah perpecahan. Dengan liriknya yang mengangkat tema kebesaran Tuhan dan keadilan, kehadiran lagu ini di momen pelantikan menekankan pesan simbolis yang kuat, meski interpretasinya bisa beragam di kalangan publik.

Meski tidak ada pernyataan resmi terkait alasan pemilihan lagu ini, penggunaan “The Battle Hymn of the Republic” mencerminkan cara pemerintah dan tokoh politik Amerika kerap memanfaatkan simbol budaya untuk menyampaikan pesan-pesan yang lebih luas.

Lebih dari satu abad setelah diciptakan, “The Battle Hymn of the Republic” terus menjadi pengingat akan sejarah panjang Amerika yang penuh perjuangan dan harapan. Dari kamp kebangunan rohani hingga medan perang, dari gerakan abolisionis hingga acara pelantikan presiden, lagu ini tetap menjadi simbol persatuan di tengah perbedaan. Pesannya yang abadi, “Glory, glory, hallelujah,” terus menggema sebagai penanda peran sejarah dalam membentuk masa kini. (KabarBaik)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

PERKUMPULAN WARTAWAN NASRANI INDONESIAAlamat
LOKASI KAMIDi mana menemukan kami
https://pewarna-id.com/storage/2019/04/img-footer-map.png
VISITORPengunjung




BERLANGGANANSosial Media Perkumpulan Wartawan Nasrani Indonesia
AVANTAGEHeadquarters
Organically grow the holistic world view of disruptive innovation via empowerment.
OUR LOCATIONSWhere to find us
https://pewarna-id.com/storage/2019/04/img-footer-map.png
GET IN TOUCHAvantage Social links
Taking seamless key performance indicators offline to maximise the long tail.

Copyright by Pewarna Indonesia. All rights reserved.

Copyright by Pewarna Indonesia. All rights reserved.