Memasuki tahun 2019 ini Indonesia merayakan Hari ulang Tahun yang ke- 74 tahun kemerdekaan. Lalu bagaimana peran orang Kristen dalam memaknai kemerdekaan tersebut, Pdt Dr. Erastus Sabdono ketua sinode Gereja Suara Kebenaran Injil (GSKI), dalam memaknai kemerdekaan, kita harus bekerja keras. Sebagai orang percaya sudah seyogianya terus mengembangkan diri guna disumbangkan untuk bangsanya. Selain itu harus memiliki hati dengan motivasi yang tinggi, baik sebagai pendeta, praktisi hukum, pegawai negeri ataupun wartawan. Semua yang dilakukan sepenuhnya untuk menuju kerajaan Allah (Tuhan). Artinya segenap hidup ini untuk Tuhan dengan demikian Indonesia akan sejahtera adil dan merata.
Pdt Eras terus terang melihat kasihan melihat negeri ini, bisa dikatakan negeri ini sedang sakit. Namun masih beruntung memiliki Pak Joko Widodo yang masih bekerja keras untuk negeri ini. “Dulu jaman pak Ahok sangat berprestasi, tetapi karena ada orang-orang yang anti, apapun prestasi yang dilakukan tidak melihat itu semua”, ujarnya prihatin. Tetapi, sudahlah kalau memang Pak Ahok diperbolehkan mengalami itu semua.
Lebih lanjut Eras, kemerdekaan Indonesia yang sudah diraih hingga saat ini perlu terus dibangun dengan nilai keberagaman dan ketegasan, keberanian aparat keamanan menindak pihak-pihak yang merongrong NKRI. “Belum (ideal), makna kemerdekaan, saya bahkan putus asa melihat keadaan negeri kita ini yang makin jauh dari cita-cita bapak pendiri Bangsa Indonesia,” katanya.
Ia mengacup ada berbagai kondisi hukum, sosial, politik, dan ekonomi yang terjadi beberapa waktu belakangan ini. Saat ini di bidang politik, misalnya, mengentalnya politik identitas SARA yang mengarah pada ketegangan masyarakat. Di bidang sosial, masih dibutuhkan pelayanan terhadap masyarakat miskin perkotaan dan desa. Di bidang ekonomi, perlunya penambahan lapangan kerja baru, menekan konsumerisme terhadap produk-produk impor.
Kemudian berbicara PEWARNA, sebagai wadah wartawan Nasrani, Eras memberikan masukan agar wartawan memiliki masukan yang pasti, sehingga perlu dipikirkan memiliki media yang kuat, dari situ akan mendapatkan penghasilan yang mampu menopang hidup para wartawan. “Terus terang saya prihatin dengan teman-teman wartawan nasrani ini, harus berjibaku sendiri untuk mempertahankan eksistensinya”, tandas direktur STT Ekumene ini.
Untuk itu Eras meminta untuk dipikirkan kembali bagaimana PEWARNA dibuatkan media yang kuat, dengan mengoptimalkan anggota-anggotanya dari berbagai daerah untuk mengirim berita. Dengan demikian akan menjadi media yang kuat yang mampu memberitakan dari berbagai daerah. “Saya siap untuk mendukung terwujudnya media tersebut, selama untuk menambah kesejahteraan wartawan”, tukasnya.
Disisi lain perlu dilakukan sinersitas berbagai kegiatan kekristenan entah itu KKR, Seminar dan juga kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga diharapkan mereka membantu berupa iklan dan sebagainya. Tak lupa Pdt. Eras mengucapkan selamat akan terselenggaranya Kongres ke II PEWARNA Indonesia akhir Oktober yang akan datang. Semoga menghasilkan terobosan yang berarti bagi umat Nasrani, bangsa dan negara agar tetap Indonesia dalam bingkai NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.